Kerajaan Pajajaran: Sejarah, Lokasi, Budaya, dan Warisan yang Terlupakan

Kerajaan Pajajaran merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Jawa Barat yang pernah mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14 hingga ke-16 Masehi. Sebagai penerus Kerajaan Sunda-Galuh, Pajajaran memainkan peran penting dalam sejarah Nusantara, khususnya dalam perkembangan kebudayaan, politik, dan ekonomi masyarakat Sunda kuno.
Mempelajari Kerajaan Pajajaran menjadi sangat penting karena warisannya masih dapat dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Sunda modern, mulai dari bahasa, adat istiadat, kesenian, hingga mitologi yang terus hidup hingga saat ini. Artikel ini akan mengupas secara mendalam mengenai sejarah berdirinya, lokasi dan wilayah kekuasaan, struktur pemerintahan, kehidupan budaya dan agama, sistem ekonomi, serta warisan yang ditinggalkan oleh kerajaan besar ini.
Selain itu, artikel ini juga akan menjawab berbagai pertanyaan umum seputar Kerajaan Pajajaran, seperti siapa raja yang paling terkenal, bagaimana sistem pemerintahannya, apa penyebab keruntuhannya, dan di mana saja situs-situs peninggalannya yang masih bisa kita lihat hingga sekarang. Dengan memahami sejarah panjang kerajaan ini, diharapkan pembaca dapat lebih menghargai kekayaan budaya Nusantara yang sangat beragam.
Sejarah Kerajaan Pajajaran
Asal Usul dan Berdirinya Kerajaan
Kerajaan Pajajaran secara resmi berdiri pada tahun 1482 Masehi di bawah pemerintahan Prabu Siliwangi, seorang raja yang dianggap sebagai simbol kejayaan dan kebesaran masyarakat Sunda. Kerajaan ini sebenarnya merupakan penyatuan dari dua kerajaan besar sebelumnya, yaitu Kerajaan Sunda yang berpusat di Pakuan (sekarang Bogor) dan Kerajaan Galuh yang berpusat di Kawali (sekarang Ciamis). Penyatuan kedua kerajaan ini menandai dimulainya era baru dalam sejarah Tanah Sunda.
Latar belakang geografis Kerajaan Pajajaran sangat mendukung perkembangan peradabannya. Terletak di dataran tinggi Priangan dengan tanah yang subur, kerajaan ini menjadi pusat pertanian yang penting. Beberapa sungai besar seperti Ciliwung dan Cisadane menjadi urat nadi transportasi dan perdagangan. Secara politik, berdirinya Pajajaran juga tidak lepas dari melemahnya pengaruh Majapahit di wilayah Jawa Barat, sehingga memberikan ruang bagi munculnya kekuatan lokal yang mandiri.
Prabu Siliwangi sendiri merupakan tokoh yang dikelilingi banyak mitos dan legenda. Namanya sering dikaitkan dengan kesaktian dan kebijaksanaan. Salah satu legenda yang paling terkenal adalah kisah menghilangnya Prabu Siliwangi di Gunung Salak, di mana ia dikatakan berubah menjadi macan (harimau) untuk menjaga tanah Sunda. Mitos-mitos ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh sang raja dalam memori kolektif masyarakat Sunda.
Periode Kejayaan
Puncak kejayaan Kerajaan Pajajaran terjadi pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi (1482–1521). Di bawah kepemimpinannya, kerajaan ini mengalami perluasan wilayah yang signifikan, mencakup hampir seluruh Jawa Barat, sebagian Banten, dan wilayah Cirebon. Sistem pemerintahan yang teratur dan hubungan diplomatik yang baik dengan kerajaan-kerajaan tetangga membuat Pajajaran menjadi salah satu kekuatan politik yang disegani di Nusantara.
Hubungan dengan kerajaan lain seperti Majapahit dan Kesultanan Demak berjalan dengan dinamika yang kompleks. Di satu sisi, Pajajaran menjalin kerja sama perdagangan dengan Majapahit, tetapi di sisi lain juga terjadi ketegangan politik, terutama ketika pengaruh Islam mulai masuk ke Jawa Barat melalui Demak dan Cirebon.
Penyebab Kemunduran dan Kehancuran
Keruntuhan Kerajaan Pajajaran disebabkan oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal:
Serangan Kesultanan Banten di bawah pimpinan Sultan Maulana Yusuf pada tahun 1579. Serangan ini menghancurkan ibu kota Pakuan Pajajaran dan menandai berakhirnya kekuasaan kerajaan Hindu-Buddha terakhir di Jawa Barat.
Konflik internal akibat perebutan kekuasaan di antara para bangsawan.
Melemahnya pengaruh politik akibat berkembangnya Islam di wilayah Jawa Barat, yang membuat banyak daerah bawahan beralih loyalitas ke kesultanan-kesultanan Islam seperti Banten dan Cirebon.
Runtuhnya Pajajaran meninggalkan jejak yang dalam dalam sejarah Sunda. Banyak masyarakat yang mengungsi ke pedalaman, membawa serta tradisi dan kebudayaan kerajaan yang kemudian tetap lestari meskipun dalam bentuk yang berbeda.
Lokasi dan Wilayah Kekuasaan
Ibu Kota dan Pusat Pemerintahan
Ibu kota Kerajaan Pajajaran terletak di Pakuan Pajajaran, yang sekarang diperkirakan berada di sekitar kota Bogor. Lokasi ini dipilih karena letaknya yang strategis di dataran tinggi dengan akses ke sungai-sungai besar, sehingga memudahkan transportasi dan perdagangan.
Wilayah kekuasaan Pajajaran mencakup:
Sebelah Barat: Hingga wilayah Banten
Sebelah Timur: Sampai Sungai Cipamali (perbatasan dengan Cirebon)
Sebelah Utara: Meliputi pesisir pantai utara Jawa Barat
Sebelah Selatan: Hingga Samudera Hindia
Situs Arkeologi Terkait
Beberapa situs penting yang berkaitan dengan Kerajaan Pajajaran antara lain:
Situs Batutulis (Bogor): Di sini ditemukan prasasti peninggalan Pajajaran yang berisi informasi tentang pemerintahan dan kehidupan sosial kerajaan.
Gunung Halimun: Dipercaya sebagai salah satu tempat spiritual penting bagi kerajaan.
Kawasan Ciamis: Merupakan bekas pusat Kerajaan Galuh sebelum bergabung dengan Pajajaran.
Fakta Geografis yang Unik
Kondisi geografis Pajajaran sangat mendukung kemakmurannya. Tanahnya yang subur membuat pertanian, terutama sawah dan perkebunan, menjadi tulang punggung ekonomi. Selain itu, sungai-sungai besar seperti Ciliwung dan Cisadane berperan sebagai jalur perdagangan utama, menghubungkan daerah pedalaman dengan pesisir.
Struktur Pemerintahan dan Sosial
Sistem Kepemimpinan
Kerajaan Pajajaran menganut sistem pemerintahan monarki dengan raja sebagai pemimpin tertinggi. Raja tidak hanya berperan sebagai kepala negara tetapi juga sebagai pemimpin spiritual. Di bawah raja, terdapat para Brahmana dan Pandita yang bertugas menangani urusan keagamaan dan hukum.
Pembagian Masyarakat
Masyarakat Pajajaran terbagi ke dalam beberapa kelompok:
Priayi: Kelompok bangsawan dan pejabat kerajaan.
Petani dan Pedagang: Masyarakat umum yang menjadi tulang punggung ekonomi.
Budak: Biasanya tahanan perang atau pelanggar hukum yang dijadikan pekerja.
Hukum dan Adat
Sistem hukum di Pajajaran berpusat pada Kadatwan (keraton), di mana raja sebagai penentu keadilan tertinggi. Hukum adat Sunda seperti “Pikukuh” (larangan) sangat dijunjung tinggi dan menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya dan Kehidupan Agama
Agama dan Kepercayaan
Mayoritas masyarakat Pajajaran menganut agama Hindu-Buddha dengan percampuran kepercayaan animisme lokal. Upacara-upacara penting seperti Seren Taun (syukur panen) masih dilestarikan hingga kini oleh masyarakat Sunda.
Seni dan Tradisi
Beberapa warisan kesenian Pajajaran yang masih bertahan:
Tari Jaipong: Terinspirasi dari tari tradisional Sunda kuno.
Wayang Golek: Salah satu bentuk seni pertunjukan yang berkembang pesat di era Pajajaran.
Arsitektur: Candi dan bangunan dari batu alam masih bisa ditemui di beberapa situs arkeologi.
Ekonomi dan Perdagangan
Sumber Daya Alam
Pajajaran mengandalkan pertanian (padi, lada) dan pertambangan (emas, perak) sebagai sumber ekonomi utama.
Jaringan Perdagangan
Kerajaan ini menjalin hubungan dagang dengan Malaka, Cina, dan India melalui pelabuhan Sunda Kelapa (sekarang Jakarta).
Warisan dan Dampak Budaya
Legenda dan Mitos
Kisah Prabu Siliwangi dan Nyai Subanglarang masih hidup dalam tradisi lisan masyarakat Sunda.
Pengaruh pada Budaya Sunda Modern
Bahasa Sunda, tradisi Sisingaan, dan Rampak Gendang merupakan warisan langsung dari era Pajajaran.
Situs dan Museum Terkait
Museum Sri Baduga (Bandung): Menyimpan artefak-artefak penting.
Situs Karangkamulyan (Ciamis): Bekas keraton Galuh.
Kerajaan Pajajaran adalah bagian penting dari sejarah Indonesia yang meninggalkan warisan budaya, politik, dan ekonomi. Melestarikan sejarahnya membantu kita memahami akar budaya Sunda dan pentingnya menjaga warisan Nusantara.
FAQ (Pertanyaan Umum)
1. Siapa raja terkenal Kerajaan Pajajaran?
Prabu Siliwangi adalah raja paling terkenal, dikenal dengan kebijaksanaan dan kesaktiannya.
2. Mengapa Kerajaan Pajajaran hancur?
Karena serangan Kesultanan Banten (1579) dan konflik internal.
3. Apa peninggalan Kerajaan Pajajaran yang masih ada?
Prasasti Batutulis, tradisi Seren Taun, dan situs arkeologi di Bogor & Ciamis.
4. Di mana letak ibu kota Pajajaran?
Pakuan Pajajaran, sekarang berada di sekitar Bogor.
Dengan memahami sejarah Kerajaan Pajajaran, kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya Indonesia yang beragam. Mari terus lestarikan warisan ini untuk generasi mendatang!