Biografi

Biografi Ustadz Abeey Ghifran

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba cepat dan dinamis, hadir sosok yang dengan kelembutan tutur katanya dan kedalaman ilmu agamanya mampu menghadirkan keteduhan di tengah masyarakat. Dialah Ustadz Abeey Ghifran, seorang pendakwah yang tak hanya dikenal karena penampilannya di layar kaca, namun juga karena konsistensinya dalam membina umat di akar rumput, khususnya di daerah asalnya, Kabupaten Bogor, Indonesia.

Kehidupan Awal dan Latar Belakang Pendidikan

Ustadz Abeey Ghifran lahir dengan nama Asep Murdana, sebuah nama yang mencerminkan akar budaya Sunda yang kuat. Sejak kecil, Asep tumbuh di lingkungan yang religius di Kabupaten Bogor, daerah yang dikenal dengan kekayaan budaya Islam tradisional dan kuatnya jaringan pesantren serta majelis taklim.

Seiring pertumbuhan usianya, kecintaannya terhadap ilmu agama semakin tumbuh. Orang-orang di sekitarnya mengenalnya sebagai anak yang tekun dan rendah hati. Hal ini membentuk pondasi spiritual yang kelak akan menjadi dasar dalam perjalanannya sebagai dai.

Demi memperdalam ilmunya, ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, sebuah institusi yang terkenal melahirkan para cendekiawan muslim ternama. Di sana, ia mengambil jurusan Tafsir Hadist, bidang yang menuntut kemampuan memahami teks-teks keislaman secara mendalam dan kritis. Pendidikan ini membuka cakrawala berpikirnya dan memperkuat kapabilitasnya sebagai seorang penceramah.

Transformasi Menjadi Ustadz Abeey Ghifran

Ustadz Abeey GhifranNama “Asep Murdana” kemudian mulai dikenal luas dengan nama Ustadz Abeey Ghifran, nama yang kerap kali dikaitkan dengan kelembutan dakwah dan penyampaian materi keagamaan yang menyentuh hati. Nama ini menjadi identitas baru yang mencerminkan semangat dakwahnya yang tidak hanya rasional, tetapi juga emosional dan spiritual.

Perubahan nama ini bukan semata soal branding, namun merupakan simbol dari hijrah personal dan profesional, dari seorang santri biasa menjadi pendakwah yang siap menyampaikan nilai-nilai Islam dengan pendekatan modern namun tetap bersumber pada tradisi yang kuat.

Perjalanan Karier dan Dakwah di Dunia Televisi

Salah satu titik balik dalam perjalanan dakwah Ustadz Abeey Ghifran adalah ketika ia dipercaya untuk mengisi program religi di televisi nasional. Ia mulai dikenal publik luas melalui acara Siraman Qalbu di MNCTV, sebuah program yang telah lama menjadi ruang spiritual bagi masyarakat Indonesia.

Dalam acara tersebut, Ustadz Abeey tidak hanya memberikan ceramah, tetapi juga menjadi sosok yang menenangkan hati, memotivasi perubahan hidup, dan mendorong penonton untuk lebih dekat kepada Allah. Gaya dakwahnya yang lembut namun tegas, serta cara penyampaiannya yang membumi dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, membuat banyak orang merasa terhubung.

Namun kiprahnya tidak berhenti di sana. Ia juga dikenal sebagai aktor dalam berbagai sinetron religi dan kolosal yang populer di masyarakat. Beberapa di antaranya adalah Raden Kiansantang, Kun Anta, dan Mahar 30 Juz. Dalam sinetron-sinetron tersebut, Ustadz Abeey tidak hanya berperan sebagai karakter, tetapi juga menyisipkan nilai-nilai dakwah yang halus namun dalam.

Melalui media hiburan, ia berhasil menjangkau segmen masyarakat yang lebih luas—termasuk anak-anak muda yang mungkin belum akrab dengan pengajian konvensional. Ini menjadi strategi dakwah yang cerdas dan kontekstual, tanpa menghilangkan substansi keislaman.

Kesetiaan pada Pengajian Tradisional

Meski namanya semakin melambung di layar kaca, Ustadz Abeey Ghifran tetap istiqamah menjaga tradisi dakwah langsung di tengah masyarakat. Salah satu kegiatan rutinnya yang terus dijalankan hingga kini adalah Majelis Ta’lim Yaasiin Fadhilah yang diadakan setiap malam Jumat.

Majelis ini menjadi ruang spiritual yang sangat berarti, bukan hanya bagi jamaah setempat, tapi juga sebagai bentuk kesetiaan pada tradisi pengajian yang telah mengakar dalam budaya Islam Indonesia. Dalam setiap kajiannya, Ustadz Abeey membawakan materi yang tidak hanya menyentuh ranah ilmu, tapi juga jiwa. Ia memadukan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist dengan kisah-kisah inspiratif, humor ringan, dan solusi konkret bagi persoalan umat.

Kegiatan ini menunjukkan bahwa di balik sorot kamera, ada pribadi yang konsisten menjaga amanah dakwah secara langsung kepada masyarakat.

Aktivitas Sosial dan Kontribusi Lokal

Tak hanya aktif di media dan pengajian, Ustadz Abeey juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan di kampung halamannya, Kabupaten Bogor. Ia seringkali hadir dalam kegiatan kemasyarakatan, baik sebagai pengisi tausiyah maupun sebagai penggerak kegiatan sosial.

Kepeduliannya terhadap masyarakat sekitar sangat nyata. Ia sering mengadakan santunan anak yatim, bakti sosial, dan pelatihan keagamaan untuk remaja dan ibu-ibu majelis taklim. Baginya, dakwah tidak hanya berbentuk ceramah, tetapi juga aksi nyata dalam membangun masyarakat yang religius dan sejahtera.

Pada tahun 2023, sebuah momen penting terjadi dalam kehidupan spiritualnya, yaitu ketika ia menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah. Sebelum keberangkatan, beliau menggelar acara Walimatussafar, yaitu acara syukuran dan permohonan doa dari masyarakat sekitar agar perjalanannya lancar dan penuh berkah. Momen ini memperkuat ikatan batin antara dirinya dengan masyarakat, serta menjadi teladan akan pentingnya menjaga hubungan spiritual dan sosial.

Karakteristik Dakwah dan Nilai Kehidupan

Salah satu kelebihan Ustadz Abeey adalah kemampuannya dalam membumikan nilai-nilai agama tanpa kehilangan kedalaman makna. Ia sering menekankan pentingnya akhlak, kesabaran, dan keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Dakwahnya tidak memecah belah, namun mempersatukan. Ia menjauhi narasi kebencian dan lebih memilih pendekatan kasih sayang, toleransi, dan introspeksi diri. Dalam setiap ceramahnya, terselip ajakan untuk lebih bersyukur, memperbaiki diri, dan menebar manfaat bagi sesama.

Warisan dan Inspirasi

Meski perjalanan hidupnya masih terus berjalan, namun kontribusi Ustadz Abeey Ghifran sudah cukup untuk dijadikan inspirasi, khususnya bagi generasi muda muslim Indonesia. Ia membuktikan bahwa dakwah bisa dilakukan di berbagai medan, baik di masjid, di televisi, di panggung sinetron, maupun di media sosial, selama tujuannya tetap untuk menebar kebaikan dan mendekatkan manusia kepada Tuhannya.

Warisan yang ia bangun bukan hanya dalam bentuk popularitas, tapi juga dalam bentuk komunitas, kebiasaan baik, dan tradisi keilmuan yang hidup. Ia adalah contoh bagaimana ilmu dan media dapat bersinergi untuk membawa perubahan positif bagi umat.

Related Articles

Back to top button