Kerajaan Bone: Sejarah, Raja, dan Perannya dalam Perjuangan Nusantara

Sejarah Nusantara tidak bisa dilepaskan dari peran kerajaan-kerajaan besar yang pernah berdiri di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu kerajaan yang memiliki pengaruh kuat, terutama di kawasan Sulawesi Selatan, adalah Kerajaan Bone. Kerajaan ini dikenal sebagai salah satu kerajaan Bugis terbesar dengan sistem pemerintahan yang unik, tradisi kebudayaan yang kaya, serta peran penting dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda.
Membahas Kerajaan Bone tidak hanya sekadar menelusuri kisah para raja yang pernah berkuasa, tetapi juga memahami bagaimana kerajaan ini memainkan peranan strategis dalam dinamika politik, sosial, dan budaya di Sulawesi Selatan. Artikel ini akan mengulas sejarah Kerajaan Bone secara mendalam, mulai dari asal-usul berdirinya, perkembangan politik, hingga perannya dalam perjuangan bangsa.
Sejarah Awal Kerajaan Bone
Kerajaan Bone diperkirakan berdiri pada abad ke-14 di wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Wilayah ini dihuni oleh suku Bugis yang terkenal sebagai pelaut ulung, pedagang tangguh, sekaligus pejuang pemberani.
Legenda dan Asal-usul
Menurut tradisi lisan Bugis, berdirinya Kerajaan Bone erat kaitannya dengan mitos tomanurung (turunnya manusia dari langit). Kisah ini menjadi legitimasi kekuasaan raja-raja Bugis yang dianggap memiliki darah suci. Dalam konteks Kerajaan Bone, raja pertama yang memerintah dikenal dengan sebutan ManurungE ri Matajang, seorang tokoh mitologis yang dipercaya turun dari langit untuk memimpin masyarakat.
Masa Pertumbuhan
Pada awal berdirinya, Kerajaan Bone hanyalah kerajaan kecil yang masih harus bersaing dengan kerajaan-kerajaan tetangga seperti Gowa, Wajo, dan Soppeng. Namun seiring berjalannya waktu, Bone mulai memperluas wilayah kekuasaan dengan membangun aliansi politik maupun peperangan.
Sistem Pemerintahan Kerajaan Bone
Salah satu aspek menarik dari Kerajaan Bone adalah sistem pemerintahannya yang berbeda dengan kerajaan lain di Nusantara.
Struktur Pemerintahan
Kerajaan Bone dipimpin oleh seorang raja yang disebut Arung Mangkau’. Raja ini memiliki kekuasaan tertinggi, namun tetap diawasi oleh dewan adat yang disebut Ade Pitu. Sistem ini mencerminkan keseimbangan antara kekuasaan monarki dan adat istiadat Bugis.
Struktur pemerintahan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Arung Mangkau’ (Raja Bone) → Kepala pemerintahan dan simbol persatuan rakyat.
Matoa → Pemimpin adat yang mewakili rakyat dalam mengawasi kebijakan raja.
Petta Ponggawae → Panglima perang yang bertanggung jawab atas keamanan dan strategi militer.
Arung-arung lokal → Pemimpin wilayah kecil di bawah kekuasaan Bone.
Hukum dan Adat
Kerajaan Bone menganut sistem hukum adat yang disebut Ade’, yaitu aturan yang diwariskan leluhur. Hukum ini bersifat mengikat dan menjadi dasar dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat.
Raja-Raja Bone yang Terkenal

Dalam sejarah panjang Kerajaan Bone, terdapat beberapa raja yang memiliki pengaruh besar, baik dalam memperluas wilayah maupun memperjuangkan kemerdekaan rakyatnya.
1. Raja Bone I – ManurungE ri Matajang
Raja pertama yang dianggap turun dari langit. Sosok ini menjadi simbol legitimasi kekuasaan raja-raja Bone selanjutnya.
2. Raja Bone ke-6 – La Uliyo
Di masa kepemimpinannya, Bone mulai dikenal sebagai kerajaan kuat dan disegani.
3. Raja Bone ke-15 – La Tenri Tatta Arung Palakka
Nama Arung Palakka sangat terkenal dalam sejarah Sulawesi Selatan. Ia dikenal sebagai raja yang tangguh sekaligus kontroversial. Pada awalnya, Arung Palakka berjuang melawan penindasan Kerajaan Gowa. Namun, dalam perjalanannya ia menjalin kerja sama dengan VOC Belanda untuk memperkuat kedudukannya.
Arung Palakka menjadi tokoh penting dalam sejarah Bone karena keberaniannya, strategi militernya, dan pengaruhnya terhadap dinamika politik di Sulawesi Selatan.
Perlawanan dan Hubungan dengan VOC

Kerajaan Bone tidak bisa dilepaskan dari hubungannya dengan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie).
Perlawanan terhadap Gowa
Kerajaan Bone pernah berada dalam tekanan Kerajaan Gowa yang berusaha memperluas kekuasaannya. Bone beberapa kali terlibat peperangan untuk mempertahankan kedaulatan.
Bone dan VOC
Pada abad ke-17, Arung Palakka menjalin aliansi dengan VOC untuk melawan Gowa. Perjanjian Bongaya tahun 1667 menjadi titik balik penting dalam sejarah Sulawesi Selatan, di mana Bone muncul sebagai kekuatan besar setelah Gowa melemah.
Dampak Perjanjian Bongaya
Bone memperoleh pengakuan sebagai kerajaan merdeka.
VOC semakin menguatkan pengaruhnya di wilayah Sulawesi.
Terjadi perubahan keseimbangan politik antara kerajaan-kerajaan Bugis dan Makassar.
Pusat Kerajaan Bone dan Kebudayaan Bugis
Kerajaan Bone tidak hanya dikenal karena kekuatan politik dan militernya, tetapi juga karena kebudayaannya yang kaya.
Pusat Pemerintahan
Ibu kota Kerajaan Bone awalnya berada di Watampone, yang hingga kini menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bone.
Kebudayaan Bugis dalam Kerajaan Bone
Budaya Bugis sangat lekat dengan Kerajaan Bone. Beberapa warisan budaya yang penting antara lain:
Lontara’ → Aksara Bugis yang digunakan dalam catatan sejarah dan hukum.
Pakaian adat Baju Bodo → Warisan budaya yang masih digunakan hingga kini.
Nilai Siri’ na Pacce → Filosofi kehidupan Bugis yang menjunjung tinggi harga diri dan solidaritas.
Peran Kerajaan Bone dalam Sejarah Nasional
Kerajaan Bone memiliki peran strategis dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Perlawanan terhadap penjajah: Bone beberapa kali bangkit melawan dominasi Belanda.
Aliansi politik: Bone berperan sebagai penyeimbang kekuatan antara kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar.
Warisan budaya: Nilai-nilai Bugis dari Bone masih relevan hingga kini, terutama dalam menjaga persatuan dan kehormatan.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud), Kerajaan Bone menjadi salah satu kerajaan Bugis terbesar yang memiliki pengaruh signifikan terhadap jalannya sejarah di Sulawesi Selatan dan berperan penting dalam dinamika hubungan antara kerajaan-kerajaan lokal dengan kekuatan kolonial.
Kehidupan Sosial dan Ekonomi di Kerajaan Bone
Selain politik dan peperangan, Kerajaan Bone juga dikenal sebagai pusat perdagangan.
Aktivitas Ekonomi
Pertanian (padi, jagung, dan palawija).
Perdagangan laut (perahu Pinisi).
Kerajinan tangan (tenun Bugis).
Kehidupan Sosial
Masyarakat Bone hidup dalam struktur sosial yang teratur, mulai dari bangsawan (ana’ arung), rakyat biasa (ata), hingga budak (ata matanre). Namun, nilai siri’ na pacce membuat masyarakat Bone menjunjung tinggi harga diri dan keadilan.
Daftar Raja-Raja Bone (Ringkas)
Berikut adalah daftar beberapa raja Bone yang paling berpengaruh:
| No | Nama Raja | Masa Pemerintahan | Catatan Penting |
|---|---|---|---|
| 1 | ManurungE ri Matajang | Abad 14 | Raja pertama, tokoh mitologis |
| 6 | La Uliyo | Abad 15 | Penguatan kerajaan Bone |
| 15 | Arung Palakka | 1672–1696 | Perjanjian Bongaya, kerja sama dengan VOC |
| 31 | La Pawawoi Karaeng Sigeri | Awal abad 20 | Masa transisi kolonial Belanda |
| 33 | Andi Mappanyukki | 1931–1951 | Raja terakhir Bone, tokoh nasional |
Keruntuhan dan Integrasi ke Republik Indonesia
Kerajaan Bone bertahan hingga abad ke-20. Pada masa pemerintahan Andi Mappanyukki, Kerajaan Bone resmi bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1951. Hal ini menandai berakhirnya era kerajaan tradisional dan masuknya Bone ke dalam sistem pemerintahan modern.
Kesimpulan
Kerajaan Bone adalah salah satu kerajaan terbesar di Sulawesi Selatan yang meninggalkan jejak penting dalam sejarah Nusantara. Dari mitos tomanurung, kejayaan Arung Palakka, hingga perjuangan melawan penjajah, Bone menjadi simbol keberanian, strategi politik, dan kekayaan budaya Bugis.
Warisan budaya seperti aksara Lontara, nilai siri’ na pacce, hingga tradisi maritim masih hidup hingga kini, menjadi bagian dari identitas masyarakat Bugis. Sejarah Kerajaan Bone memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya persatuan, harga diri, dan perlawanan terhadap ketidakadilan.
FAQ tentang Kerajaan Bone
1. Apa itu Kerajaan Bone?
Kerajaan Bone adalah kerajaan Bugis yang berdiri di Sulawesi Selatan sejak abad ke-14 dan menjadi salah satu kerajaan terbesar di wilayah tersebut.
2. Siapa raja terkenal dari Kerajaan Bone?
Raja paling terkenal adalah Arung Palakka, yang berperan besar dalam perjanjian Bongaya dan kerja sama dengan VOC.
3. Di mana pusat Kerajaan Bone?
Pusatnya berada di Watampone, yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Bone.
4. Bagaimana hubungan Kerajaan Bone dengan VOC?
Bone menjalin aliansi dengan VOC pada abad ke-17 untuk melawan Kerajaan Gowa, yang berujung pada Perjanjian Bongaya.
5. Apa warisan budaya Kerajaan Bone yang masih ada?
Warisan budaya antara lain aksara Lontara, pakaian adat Baju Bodo, nilai siri’ na pacce, dan tradisi maritim Bugis.
6. Kapan Kerajaan Bone bergabung dengan Republik Indonesia?
Kerajaan Bone resmi menjadi bagian dari Republik Indonesia pada tahun 1951.
7. Mengapa Kerajaan Bone penting dalam sejarah Indonesia?
Karena memiliki peran besar dalam keseimbangan politik Sulawesi Selatan, perlawanan terhadap penjajah, dan warisan budaya Bugis yang masih lestari.




